Lisplang Arsitektur Indies

Warisan Kemewahan Gaya Kolonial...

Istilah dalam dunia arsitektur yang satu ini merupakan serapan dari bahasa Belanda. Keberadaan lisplang pada bangunan di Indonesia sudah ada sejak lama. Hal ini dapat terlihat pada beberapa rumah dengan langgam Arsitektur Indies di Indonesia.

Arsitektur warisan penjajahan Belanda, masih banyak ditemukan di Indonesia. Menerapkan ornamen dekoratif khas gaya klasik kolonial seperti terlihat pada profil lisplang motif sulur yang tampaknya dibuat era kolonialisme tengah berlangsung pada tahun 1900-an.

Gaya bangunan kolonial ini pun bisa menjadi alternatif untuk hunian Anda. Meski bekas, kualitasnya masih sangat terjaga. Mempunyai ukuran panjang 9 meter dengan spesifikasi ukuran per lembarP.35 cm x L.22 cm dengan jumlah 26 lembar. Tak hanya langka dan indah, lisplang pemanis tepi atap ini memiliki makna simbolis sarat makna dan nilai-nilai sosiokultural.

Sisi-sisi atap diberi lisplang yang berfungsi sebagai penutup tiris berbentuk motif flora bentuk klasik dengan seni ukir kualitas tinggi sebagai penghias gedung. Renda lisplang bahan kuningan bongkaran rumah kolonial (bangunan Cagar Budaya) ini tak hanya mempesona namun juga sangat jarang ada.

Langgam gaya Arsitektur Indies sebagai perpaduan budaya Belanda dan Jawa juga terjalin dalam ornamen Art Nouveau pada renda lispang terkesan antik dan aristocratic. Arsitektur Indies sebagai manifestasi dari nilai-nilai budaya yang berlaku pada zaman itu ditampilkan lewat kualitas bahan dan detail tekstur pengerjaannya.

Para Meneer Belanda, pemilik perkebunan, golongan priayi dan penduduk pribumi yang telah mencapai pendidikan tinggi merupakan masyarakat papan atas, ikut mendorong penyebaran kebudayaan Indies lewat gaya hidup yang serba mewah karena dianggap bisa dijadikan sebagai simbol status dan keagungan. SOLD OUT

No comments:

Post a Comment

Popular Post