Buku Cerita Silat Antik Nagasasra dan Sabuk Inten


Buku cerita silat djadoel antik Nagasasra dan Sabuk Inten ini adalah karya SH Mintardja, seorang pengarang dari Yogyakarta. Tokoh dalam cerita ini adalah Mahesa Djenar. Buku yang menggemparkan penggemar cerita silat di Indonesia pada tahun 70 an adalah buku Nagasasra dan Sabuk Inten ini. Karena buku inilah maka dapur keris Naga-sasra dan Sabuk-inten menjadi terkenal sekali hingga saat ini. Buku cerita silat Naga-sasra dan Sabuk-inten akhirnya membawa SH Mintarja menjadi seorang penulis cerita silat yang amat diperhitungkan di Indonesia, ketika kemudian ia membuat serial panjang : Api Di Bukit Menoreh yang tidak kunjung tamat itu. Hingga pengarangnya meninggal dunia cerita Api Dibukit Menoreh belum tamat. Lama penulisan cerita Api Di Bukit Menoreh adalah 32 tahun ! Mulai tahun 1967 - hingga tahun 1999.
Nama-nama tokoh dalam cerita karya SH Mintardja bagus-bagus. Mahesa Jenar (Lembu Kuning), Pandan Wangi (Pandan harum), Glagah Putih (glagah= bunga tebu) dll. SH Mintardja juga pandai menggambarkan setting rumah jawa tempo doeloe, misalnya saja sentong kiwo atau sentong tengen, regol dsb. Bahkan peralatan minum jaman dulu pun disesuaikan menjadi bumbung bambu sebagai pengganti cangkir atau gelas. Minuman yang dikonsumsi juga disesuaikan menjadi air sereh.
SH Mintardja memberikan petuah-petuah berharga kepada pembacanya, melalui dialog-dialog tokoh ceritanya. Drama psikologi yang dialami tokoh-tokoh ceritanya amat menggugah perasaan pembacanya.
SOLD OUT

Tokoh pada cerita SH Mintardja adalah orang yang bersikap sopan dan santun, sering berpikir dulu sebelum bicara, termangu-mangu mempertimbangkan apa yang hendak dikata.
Alam pada penggambaran SH Mintardja sering dikisahkan sebagai : semburat merah dilangit timur dsb.
Buku cerita silat karya SH Mintardja bukan sekedar cerita yang seru penuh dengan adegan perkelahian, akan tetapi lebih kepada budaya jawa masa lalu.
Buku Naga-sasra dan Sabuk-inten mengisahkan perjalanan seorang bekas prajurit yang masih setia pada kerajaan Demak bernama Mahesa Djenar dalam rangka mencari dua bilah keris yang hilang dicuri dari kerajaan Demak. Mahesa Djenar adalah seorang prajurit yang kekar dan tegap, mempunyai dua lengan yang kuat bisa membelah batu dengan ajian "Sasra Birawa", mempunyai sorot mata tajam pada wajahnya yang lembut.

Buku antik Naga-sasra Sabuk-inten
Tidak lengkap, kurang 1 buku (jilid : 18)
Jumlah buku : 28.
Harga Rp 210.000,- belum ongkir



SH Mintardja

Singgih Hadi Mintardja lahir di Yogyakarta pada tanggal 26 Januari 1933 dan meninggal tanggal 18 Januari 1999.
Singgih Hadi Mintardja mulai bekerja di Bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan pada tahun 1958 sejak ia lulus SMA. Terakhir beliau bekerja di Bidang Kesenian Kanwil Depdikbud DIY dan pensiun pada tahun 1989.
SH Mintardja banyak tahu sejarah kerajaan di Indonesia masa lalu. Bahkan beliau juga bisa membaca kitab Babad Tanah Jawi yang beraksara Jawa. Dari itu semua kemudian lahirlah cerita Nagasasra Sabuk Inten.
Tahun 1999 SH Mintardja meninggal dunia dan dimakamkan Selasa (20/1) pukul 15.00 WIB di pemakaman Kristen Arimatea, Mergangsan, Yogyakarta.

Buku-buku karya SH Mintardja :
Api di Bukit Menoreh (396 episode)
Tanah Warisan (8 episode)
Matahari Esok Pagi (15 episode)
Meraba Matahari (9 episode)
Suramnya Bayang-bayang (34 episode)
Sayap-sayap Terkembang (67 episode)
Istana yang Suram (14 episode)
Nagasasra Sabukinten (16 episode)
Bunga di Batu Karang (14 episode)
Yang Terasing (13 episode)
Mata Air di Bayangan Bukit (23 episode)
Kembang Kecubung (6 episode)
Jejak di Balik Bukit (40 episode)
Tembang Tantangan (24 episode)



No comments:

Post a Comment

Popular Post