Buku tentang Iklan Cetak Antik berjudul Pikat









Sebuah buku yang menarik berjudul Pikat. Isinya tentang iklan cetak yang sudah lama munculnya, sudah antik, atau paling tidak djadoel.
Sungguh sebuah buku yang bakal menambah wawasan bagi yang ingin mendalami hal ikhwal barang antik yang satu ini : iklan cetak.
Isi buku ini adalah : Sejarah iklan, Siapa yang bodoh, Tjap tangan, Gambar-gambar iklan di media cetak, dan Gambar-gambar iklan enamel.
Ukuran buku ini 14,5 x 21 cm.
Tebal : 244 halaman.
Harga Rp 50.000,- belum ongkir

Sejarah Iklan

Jaman dahulu, bentuk iklan adalah suara. Lho ? Lha iya. Misalnya dalang bicara, orang teriak-teriak menjajakan dagangannya, itulah iklan Cap Contong. Apa artinya ? Contong artinya corong, atau loudspeaker. Itulah bentuk iklan yang paling purba diseluruh dunia.
Sesudah itu apa ? Ya tulisan. Ditemukannya tulisan dan gambar akhirnya menimbulkan iklan-iklan dengan bentuk tulisan dan gambar juga, misalnya Toekang Kayoe, Pande Besi, Waroeng Roti dsb. Bahan untuk membuat iklan pada periode ini adalah kulit dan kertas yang digambari dan ditulisi secara manual dengan kuas.
Kemudian ? Periode iklan cetak, yaitu sejak ditemukannya teknik cetak (cap). Cara membuat cetakan ialah dengan mencukil papan kayu (Woodcut). Cara ini kemudian berkembang menjadi teknik cetak intaglio dan lithografi.
Periode selanjutnya ? Abad ke 16 ditemukan mesin cetak handpress. Dua negara pendahulu dalam teknik cetak kertas adalah Cina dan Jepang. Cina ahli dalam membuat kertas. Negara cina dikunjungi oleh pedagang timur tengah lewat jalur sutera. Marcopolo juga datang kesana. Akibatnya adalah penyebaran teknik cetak ke negara Eropa dan .... Asia.
Siapa tokoh didunia percetakan ? Namanya Gutenberg, ia menemukan alat cetak yang bernama handpress pada tahun 1457. Sesudah itu ada Frederich Konig tahun 1811 menemukan teknik cetak snelpress (cetak cepat). Yang berikutnya adalah Alois Senefelder yang menemukan teknik cetak steendruk pada tahun 1830, yang menjadi dasar teknik cetak offset.
Di Indonesia bagaimana ? Tahun 1800 an di Sumatra sudah ada percetakan lho. Tapi hanya bikin buku, bukan iklan. Iklan cetak pertama di Indonesia ditemukan di Almanak Jawi pada tahun 1914. Iklan ini menggunakan tulisan Jawa.

Iklan cetak tahun 1910 - 1920 : Pada masa ini ada Penerbit Balai Poestaka dan majalah D'Orient di Batavia, dan koran Sedio Tomo di Yogya. Buku yang digemari masyarakat pada masa ini adalah almanak atau almenak, karena memuat penanggalan dan perhitungan hari dan pasaran untuk masyarakat Jawa. Iklan yang ada pada masa ini terbatas pada kebutuhan pokok dan rumah tangga seperti : susu, tembakau dan gramaphone.

Iklan cetak tahun 1920 - 1930. Pada periode ini mulai ditemukan iklan sepeda atau mobil.

Iklan cetak tahun 1930 - 1942. Inilah jaman keemasan iklan-iklan djadoel, iklan jaman penjajahan. Macam iklan antara lain : rokok, minuman, susu, obat, tembakau, pasta gigi, radio, lampu, sepeda, mobil dan tour keluar negeri. Jepang memasarkan produknya seperti : pasta gigi Banzai, Obat nyamuk tjap ajam, jam dinding Hima dan obat-obatan. Data ini ditemukan di majalah Kejawen yang terbit tahun 1931
Iklan yang beredar pada masa ini kebanyakan menggunakan bahasa belanda, hanya dibagian bawah iklan diberi alamat agennya seperti : Weltevreden Batavia, Toenjoengan Soerabaia, atau Bodjong Samarang.
Pada masa inilah banyak dicetak iklan enamel. Iklan enamel adalah iklan yang dicetak diatas plat besi atau baja setebal 2 sampai 3 milimeter. Konon makin besar ukuran iklan enamel akan makin tebal bahan bakunya, karena proses lanjutan setelah dicetak adalah dibakar dalam oven pembakaran keramik yang bisa mencapai suhu hingga 900 derajat Celcius. Kalau terlalu tipis platnya akan meliuk kena panas. Untuk mengatasi hal ini plat dibuat cembung agar tetap lurus.
Bahan cat enamel adalah sejenis grasuur yang biasa digunakan pada keramik seperti porselain dan stoneware yang dibakar hingga 1000 derajat celcius.
Iklan enamel yang pertama didunia dibuat tahun 1888, yaitu sebuah iklah cat. Data ini ditemukan di koran The Queen, London,Inggris.
Negara pembuat iklan enamel adalaH : Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, dan Jepang.
Tahun 1941 hingga 1945 adalah 5 tahun tanpa pertambahan jumlah iklan enamel di Indonesia.
Sesudah perang selesaipun tak banyak jumlah iklan enamel yang dibuat, mungkin karena ditemukannya mesin cetak offset, dan banyak koran dan majalah yang terbit, akhirnya produsen barang memilih beriklan di media cetak, dengan alasan lebih banyak yang melihat.

Iklan Cetak 1942 -1945.
Hanya ditemukan iklan kebutuhan rumah tangga dan iklan obat seperti iklan Djamoe Tjap Doea Njonja yang ditemukan di almanak Asia Raja.
Ukuran buku ini 14,5 x 21 cm.
Tebal : 244 halaman.
Harga Rp 50.000,- belum ongkir

No comments:

Post a Comment

Popular Post