Sarung Encim (stitch 16)

Sarung Kedoengwoeni Lawasan

Batik yang semula hanya dibuat untuk dipakai sendiri oleh keluarga pembuatnya, pada masa kolonial menjadi komoditi yang diperdagangkan. Beberapa perusahaan batik yang dikelola baik oleh masyarakat lokal, masyarakat Tionghoa, maupun oleh orang-orang Belanda.

Antara tahun 1920-1950 batik menjadi komoditi ekspor ke negara-negara Eropa. Batik-batik pesisir yang mempunyai nilai seni dan artistik ini banyak menghiasi museum-musem dan kolektor pribadi di mancanegara. Motif batik pesisiran dari juragan batik Nj. Tan Tiang Po ini mudah dikenali dengan ditandainya stitch 16 pada bagian bawah pinggir kain sarung sebagai bentuk patron (pattern) pada sehelai kain impor pada masa itu.

Motif-motif binatang mitologi, folklor, dan simbol kebudayaan Tionghoa, seperti burung hong (phoenix), kupu-kupu dan banji (swastika atau simbol kehidupan abadi) banyak menghiasi seni karya batik pesisir ini atau yang disebut sebagai Batik Peranakan.

Kekayaan budaya dan alam berupa flora fauna menjadi bagian eksotis dari eksplorasi satu karya batik. Batik Kedoengwoeni kuno ini bukan hanya indah, tetapi juga memberi pemahaman tentang sebuah penggalan sejarah Indonesia. Berminat ?? SOLD OUT

No comments:

Post a Comment

Popular Post