Komik Antik Pahit Lidah


Komik Pahit Lidah ini berkisah tentang seorang anak muda bernama Pojang Serunting Sakti, bergelar Pojang Si Pahit Lidah. Pemuda nan indah permai itu turun dari langit sorga loka. Serunting terus menuruni bukit Si Guntang-Guntang. Ia diangkat anak oleh seorang raksasa yang bernama Pojang Panjang yang beristeri Putri Tenggang dari Pagaruyung.

Beberapa waktu kemudian Serunting menikah dengan seorang gadis adik Aria Tabing. Namun pernikahan ini tidak lama, karena terjadi perselisihan antara Serunting dengan Aria Tabing. Penyebabnya adalah karena banyak tumbuh cendawan yang terbuat dari logam mulia emas di lahan Serunting. Aria Tabing memindahkan batas lahan tersebut yang terbuat dari sebatang pohon besar roboh, tapi usahanya itu sia-sia. Cendawan emas tetap tumbuh didaerah milik Serunting.

Sebagai adik, isteri Serunting terpaksa membela kakaknya. Ia membocorkan rahasia kesaktian suaminya .... Ternyata rahasianya ada di sebatang pohon ilalang tunggal yang tumbuh dibelakang rumah Serunting. Begitu ditusuk duri, daun ilalang tersebut oleh Aria Tabing, lemahlah Serunting. Serunting berhasil dikalahkan dan diusir dari daerah itu.

Dalam pelariannya Serunting berjumpa dengan aria sakti yang berasal dari Majapahit di bukit Si Guntang-Guntang. Lidah Serunting diusap dengan cemara sakti milik Aria tersebut. Sejak itulah semua ucapan Serunting segera terwujud.

Pada suatu hari Serunting bertanya kepada seorang gadis : "Dik, tahukah kiranya adik jalan ke tepian ?" Tapi jawaban yang diterimanya tidak memuaskan Serunting karena bunyinya seakan mengolok-olok :" Jalan ketepian ada dibawah telapak kaki awak". serunting mengutuk gadis itu jadi batu dan terjadilah betul. Sekarang batu tersebut disebut Batu Berkalung. Sejak itu terkenallah Serunting dengan gelar Si Pahit Lidah. Disepanjang perjalanannya Serunting banyak mengutuk orang menjadi batu.

Akhirnya Serunting berhenti mencari Aria Tabing, karena ia berjumpa dengan seorang bidadari cantik yang sedang mandi. Kain sarung bidadari itu dicuri Serunting, sehingga bidadari tidak bisa kembali ke langit. Akhirnya mereka menikah dan dikaruniai seorang anak.

Diam-diam isteri Serunting telah menemukan kain sarung yang disembunyikan suaminya. Ia sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengenakannya kembali agar bisa terbang ke langit.

Tibalah saatnya ketika anaknya besar dan harus dicukur rambutnya. Acara cukur rambut itu disertai dengan pesta meriah yang mengundang banyak tamu bangsawan dari segala penjuru. Para tamu yang minum tuak itu mulai mabuk dan menuntut diadakan tarian oleh isteri Serunting. "Kami ingin melihat bidadari menari"! Seru mereka. Maka naik panggunglah isteri Serunting. Ia menari dengan mengenakan kain sarungnya yang sakti. Kian lama kian tinggi ia menari, hingga sampai ke angkasa.

Serunting bicara pada anaknya : "Aduhai nandaku, ibundamu terbang ke langit." Maka karena ucapan Si Pahit Lidah senantiasa terjadi, terbang kelangitlah isterinya untuk tidak kembali lagi .....

Ketika itu anaknya bertanya : " Ayahanda, mana ibu ?"
Jawab Serunting :" Berhentilah engkau menangis, ayahanda akan segera pergi mendapatkan bundamu."

Setelah Serunting berkata begitu, maka datanglah seorang sakti yang bermata empat. Matempat namanya. Serunting dapat dikalahkan karena dibelakang kepala Matempat ada dua mata lagi. Serunting meninggal dunia.

Matempat kemudian menjilat lidah Serunting karena ingin memindahkan kesaktian si Pahit Lidah, ia pun menjadi batu .... Alangkah sakti si Pahit Lidah, sudah matipun masih bisa merubah orang jadi batu ...

Komik antik karya R. Ismail Wr ini berjudul Pahit Lidah.
Cetakan pertama.
Penerbit T.B. Garuda Surabaya.
Tebal : 30 halaman
Harga Rp 50.000,-
BOOKED

No comments:

Post a Comment

Popular Post