




Batik yang semula hanya dibuat untuk dipakai sendiri oleh keluarga pembuatnya, pada masa kolonial menjadi komoditi yang diperdagangkan. Beberapa perusahaan batik yang dikelola baik oleh masyarakat lokal, masyarakat Tionghoa, maupun oleh orang-orang Belanda. Antara tahun 1920-1950 batik menjadi komoditi ekspor ke negara-negara Eropa.
Motif-motif binatang mitologi, folklor, dan simbol kebudayaan Tionghoa, seperti burung hong (phoenix), kupu-kupu atau banji (swastika atau simbol kehidupan abadi) banyak menghiasi seni karya batik pesisir ini atau yang disebut sebagai Batik Peranakan.
No comments:
Post a Comment