Batik Antik Eliza van Zuylen






Woman's Hip Wrapper (Sarung), 1937-1942


Warna dari Pesisir: Batik Antik Eliza van Zuylen

Siapa yang tak kenal batik ? Setiap kali memandang kain batik selalu terasa ada pesona yang memancar. Bukan sekadar keindahan perpaduan dan komposisi ragam hias serta permainan warna yang menarik diamati, tetapi juga semangat zaman yang dipancarkan kain tersebut.

Menurut beberapa kolektor karena batik adalah barang seni. Batik ibarat sebuah lukisan, pembuatannya makan waktu, tidak pabrikan tapi satu persatu. Ini dianggap bernilai, terutama jenis batik kuno yang motifnya klasik.

Tak mengherankan untuk mendapatkannya, kolektor rela mengeluarkan dana tak terbatas hanya untuk selembar batik. Kain ini memang populer di kalangan tertentu, dijadikan benda koleksi, dipuja dan disimpan bak barang antik.

Setelah tahun 1860, Pekalongan memang menjadi sentra produksi batik Indo-Eropa atau dikenal sebagai Batik Belanda. Terutama di Pekalongan-lah ragam hias dan komposisi batik mengalami proses Eropanisasi, terutama dalam inspirasi dan pengerjaan. Hal ini karena ada kebutuhan dari pembeli orang-orang Indo-Eropa, laki-laki dan perempuan.

Batik yang terutama berasal dari pengusaha batik berdarah Indo-Eropa seperti Eliza van Zuylen menjadi keharusan untuk dimiliki sebagai penunjuk keterhubungan dengan komunitas Belanda pada masa itu.

Eliza van Zuylen adalah maestro pembuat batik di Indonesia kelahiran Belanda. Dia tinggal di Indonesia sekitar tahun 1863-1947 saat Belanda menjajah Indonesia.

Eliza van Zuylen memberi sumbangan dalam perkembangan batik melalui kebiasaan membubuhkan tanda tangan pada setiap lembar batik mereka untuk menunjukkan tiap lembar dibuat khusus dengan kesempurnaan pengerjaan.

Pada gaya ragam hias dan komposisi yang menciptakan gaya khas Pekalongan diantaranya penggunaan motif buket bunga atau lebih dikenal sebagai buketan yang kemudian dipandang sebagai esensi Batik Pesisir.

Buket berukuran besar ini diletakkan di bagian badan maupun kepala kain, bagian badan dihiasi lambang kemakmuran yang disebut Horn of Abundance. Sedangkan bunga buket dan burung gereja adalah salah satu ciri utama Batik Belanda.

Batik Belanda menjadi penanda kelas sosial pada masyarakat kolonial yang dibeda-bedakan berdasarkan ras dan status sosial. Batik yang dikenakan sebagai kain panjang atau sarung dan kebaya atau atasan longgar bergaya tunik menjadi pakaian favorit orang Indo-Eropa karena sesuai dengan iklim tropis.

Batik-batik koleksi Eliza van Zuylen bukan hanya indah, tetapi juga memberi pemahaman tentang sebuah penggalan sejarah Indonesia. Inilah gambaran penggalan sejarah kolonial di Indonesia.

Woman's Hip Wrapper (Sarung), Eliza van Zuylen,

Pekalongan - Central Java
Circa : 1937-1942
Size : 106 cm x 103 cm
SOLD OUT

No comments:

Post a Comment

Popular Post